LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI DASAR
STANDARISASI LARUTAN NaOH SERTA PENGGUNAANNYA
DALAM PENETAPAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN
OLEH
NAMA : DINO SUHARNO
STAMBUK : F1F111055
ASISTEN : SARLAN, S.Si
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
A.
Tujuan
Percoban
Tujuan dari percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan
Molaritas dan Normalitas larutan NaOH
2. Menetapkan
kadar asam cuka perdagangan
B.
Landasan
Teori
Asidi dan alkalimetri termasuk
reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi
proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Shochichah,2010).
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan
menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran
konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya
disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume
larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang
diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain
untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.
Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi
sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan
titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan
pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat
diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes
zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim,2009).
Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam
kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam
dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan
indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat
dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan
warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan
basa (Harjadi,1986).
Analisa titrimetri
atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah
larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya
biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas) (Shochichah,2010).
Larutan standar biasanya kita
teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang
akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat
dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh
larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik
akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik
akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit
perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).
Untuk analisis titrimetri atau
volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab
pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah
ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat
definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik
akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau
basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi
daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah (Sukmariah, 1990).
Indikator adalah zat yang
ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator
yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai
perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi
secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir
titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi
sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Shochichah,2010).
C.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percoban ini adalah sebagai berikut:
1. Buret
2. Statif
dan klem
3. Erlenmeyer
250 ml 1 buah
4. Pipet
ukur
5. Filler
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. NaOH
0,1 M
2. Fenolftalein
3. Asam
Oksalat
4. Asam
cuka perdagangan
D.
Prosedur
Kerja
1.
Standarisasi
Larutan NaOH
- Larutan NaOH dimasukkan
kedalam buret hingga 30 ml
- Lalu asam oksalat 3 ml dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
- Kemudian ditambahkan
5 tetes indikator fenolftalein
- Diitrasi dengan larutan NaOH kemudian diamati
2.
Penetapan
Kadar Asam Cuka Perdagangan
- Larutan NaOH yang sudah distandarisasi dimasukkan kedalam buret
- Kemudian larutan asam cuka perdagangan 3 ml dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
- Ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein
- Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah
distandarisasi
- Diamati
E.
Hasil
Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
Standarisasi
Larutan NaOH
Dimasukkan
3 ml larutan asam oksalat (C2H2O4) ke dalam
labu Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein dan
dititrasi dengan larutan NaOH.
Penetapan
Asam Cuka Perdagangan
Dimasukkan
larutan asam cuka perdagangan ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 3 ml,
kemudian ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH.
|
Terjadi
perubahan warna bening menjadi warna merah jambu dan memerlukan larutan NaOH
sebanyak 0,25 ml.
Terjadi
perubahan warna bening menjadi warna merah jambu dan memerlukan larutan NaOH
sebanyak 1,2 ml.
|
2.
Perhitungan
a.
Standarisasi
Larutan NaOH
Dik :
V NaOH = 0,25 ml
V C2H2O4 =
3
ml
Molaritas C2H2O4 =
10-1
Dit :
Konsentrasi NaOH = . . . . ?
Peny : M1 . V1 = M2 . V2
M1 . 0,25 ml = 10-1 . 3 ml
M1 =
3.10-1
25.10-2
M1 =
0,12.101
M1 =
1,2 M
Jadi konsentrasi NaOH
adalah 1,2 M
b.
Penetapan
Kadar Asam Cuka Perdagangan
Dik : V CH3COOH = 3 ml
V NaOH = 1,2 ml
M NaOH = 1,2 M
Dit : Konsentrasi CH3COOH = …?
Peny : M1 . V1 = M2 . V2
1,2 M . 1,2 ml = M2 . 3 ml
M2 =
1,44
3
M2 =
0,48 M
Jadi, konsentrasi CH3COOH
adalah 0,48 M
F.
Pembahasan
Titrasi
merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh
bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Proses titrasi termasuk
asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam metodenya. Larutan baku
haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi yang
tepat dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku primer, yakni larutan yang
dibuat dari bahan baku primer. Bahan baku primer merupakan suatu bahan yang
konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni
yang dilarutkan dan volume bahan yang terjadi
Pada
percobaan kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk
menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. dimana pada
percobaan kali ini larutan baku yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida)
dan larutan baku primer C2H2O4 (asam
oksalat).
Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam
cuka, larutan NaOH ini distandarisasi terlebih dahulu karena NaOH merupakan
zat yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga mudah menarik uap
air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Di
mana pada kedua proses ini menyebabkan penimbangan sejumlah tertentu NaOH tidak
akan memberikan kepastian massa yang sesungguhnya, karena jumlah air dan CO2
yang diserap oleh NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini
mengakibatkan kensentrasi NaOH yang dihasilkan juga tidak tepat. Dengan
demikian apabila menggunakan NaOH sebagai pereaksi dalam suatu titrasi maka zat
tersebut harus distandarisasi sebelumnya.
Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini
digunakan 3 ml larutan asam oksalat, larutan ini digunakan sebagai larutan
standar primer karena larutan ini tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat
ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan
zat.
Standarisasi larutan NaOH dilakukan
dengan titrasi menggunakan 5 tetes indikator fenolftalein. Pemilihan indikator
felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi asam lemah (C2H2O4)
dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7 dan berada pada trayek
indikator fenolftalein.
Pada
standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara asam oksalatnya
sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein
sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan menunjukkan warna
bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi
merah muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai
titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada
dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati
daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Dan juga penggunaan asam oksalat sebagai titran kemungkinan besar
akan menyebabkan kesalahan titrasi yang besar karena terjadi kelebihan
penambahan titran hingga melewati titik ekivalen. Kelebihan titran ini
disebabkan karena kesulitan mengamati perubahan warna dari merah muda ke
bening. Setelah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali, titrasi
langsung dihentikan dan NaOH yang berkurang langsung dicatat. NaOH yang
berkurang pada percobaan kali ini adalah 0,25 ml, sehingga konsentrasi NaOH
dapat diketahui sebesar 1,2 M.
Setelah larutan baku NaOH tersebut sudah
diketahui konsentrasinya, maka larutan tersebut sudah dapat digunakan untuk
menentukan kadar asam cuka perdagangan. Pada percobaan ini, menetapkan asam
cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang tertera pada etiket cuka
perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan
secara alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam asetat perdagangan
dengan larutan baku NaOH.
Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka
perdagangan dapat dilakukan dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan
titrasi alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa untuk mentitrasi
asam bebas.
Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka
dilakukan langkah selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan
dengan cara mengambil 3 ml asam cuka perdagangan dengan pipet volume, lalu
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian ditambah dengan 5 tetes indikator PP. Larutan ini
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH diatas, hingga diperoleh
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Bila sudah terjadi
perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume NaOH
yang digunakan. NaOH yang digunakan pada penetapan kadar asam cuka perdagangan
sebesar 1,2 ml, sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui sebesar 0,48 M.
G.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada
proses standarisasi NaOH terbentuk larutan berwarna merah jambu dengan konsentrasi
NaOH sebesar 1,2 M.
2. Pada
proses penetapan kadar asam cuka perdagangan terbentuk larutan berwarna merah
jambu dengan konsentrasi asam cuka perdagangan sebesar 0,48 M.
DAFTAR
PUSTAKA
Hettik,
2010, Asidi-Alkalimetri
dan Potensiometri, http://hettik07.student.ipb.ac.id/2010/
06/20/asidi-alkalimetri-potensiometri/, 23/10/2011.
shochichah,
2010,Standarisasi Larutan NaOH dan
Penentuan Asam Cuka Perdagangan, http://shochichah.blogspot.com/2010/04/standardisasi-larutan-naoh-dan.html,
23/10/2011.
Sukmariah, 2009, Standarisasi larutan NaOH, tadriskimia .blogspot. com/ standarisasi naoh.htm, 23/10/2011.